Allah SWT menciptakan umat manusia dengan dibekali kemampuan yang lebih bila dibandingkan makhluk lainnya. Salah satunya adalah dibekali dengan lisan untuk berkomunikasi. Namun, dalam berkomunikasi tentu memiliki adab tersendiri di dalam Islam. Hal ini untuk menjaga akhlak dan iman seseorang. Maka dari itu, kita harus senantiasa menjaga lisan dengan beberapa cara.
Ini juga lah yang dituangkan oleh Sayid Abdullah bin Alawi al-Haddad dalam kitab yang ditulisnya, yakni Mu‘âwanah wal Mudhâharah wal Muwâzarah. Berikut butir-butir hikmah yang bisa kita petik dari kitab tersebut.
Sebaiknya Jangan Sering Bersumpah dengan Nama Allah
Senantiasa menyebut nama Allah merupakan hal baik. Ini karena menyebut nama Allah menjadi sebuah dizikir. Akan tetapi nama Allah sebaiknya janganlah diucapkan secara sembarangan. Terlebih lagi untuk mengucapkan sumpah yang sifatnya hanya main-main. Tentu hal ini tidak dibenarkan dalam Islam.
Dalam kitab Risalah Al-Mustarsyidin karya Imam al-Harits al-Muhasibi menyebutkan jika:
وَلَا تُكْثِرِ الْأَيْمَانَ وَإِنْ كُنْتَ صَادِقًا
“Dan janganlah sering bersumpah meskipun engkau benar.”
Dengan begitu, ada baiknya kita untuk selalu mengobral sumpah. Terutama jika sumpah tersebut dibarengi dengan ucapan ‘Demi Alah’. Kita hanya boleh mengucapkannya pada saat tertentu saja. Misalnya saja saat mengucap sumpah dalam menjalani proses hukum di pengadilan.
Menghindari Bicara Bohong
Berbicara bohong dalam Islam adalah perbuatan tercela dan dapat merusak akhlak yang mulia. Kemudian, kebohongan ini tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga di sisi lain dapat merugikan banyak pihak. Contohnya saja apabila berbicara berita bohong di media sosial, ini tentu akan berefek panjang dan berbahaya.
Bahkan Rasulullah SAW pun menggolongkan seseorang yang selalu berbicara bohong ke dalam golongan orang-orang yang munafik. Ini tercermin dalam salah satu hadits riwayat Al-Bukhari:
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
Hadits ini memiliki pengertian yakni:
“Pertanda orang munafiq ada tiga: Apabila berbicara bohong, apabila berjanji mengingkari janjinya dan apabila dipercaya berbuat khianat”
Hindari Menggunjing atau Memfitnah
Bagi setiap umat muslim ada baiknya untuk menghindari bicara maupun bercanda yang berlebihan. Sebab, hal itu akan memicu ketidaknyamanan seseorang. Maka, jika orang tersebut menggunjing atau memfitnah dalam Islam, hal ini sama saja atau diibaratkan dengan memakan bangkai saudara sendiri.
Bahkan dalam QS Al-Baqarah ayat 91 Allah SWT menyebutkan bahwa fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Fitnahan ini apabila dibiarkan hingga semakin parah dapat menjerumuskan umat ke hal-hal yang dibenci Allah SWT. Misalnya saja pertikaian, perceraian, hingga saling membunuh antar sesama. Selain dibenci oleh Allah perbuatan-perbuatan tersebut juga melanggar hukum dan norma yang berlaku di masyarakat dan negara.
Hindari dari Ucapan Tercela
Selain menggunjing dan memfitnah, akhlak untuk menjaga lisan yang baik adalah menghindari ucapan-ucapan yang tercela. Contohnya saja ucapan yang bernada merendahkan orang lain. Misalkan menyebut nama seseorang dengan nama hewan atau sebutan lainnya. Hal tersebut juga memberikan kesan kesombongan manusia dan merendahkan ciptaan Allah SWT.
Oleh karena itu, kita harus senantiasa bersikap rendah diri di mata Allah SWT. Dengan begitu, kita pun akan selalu mengingat Allah SWT dalam setiap langkah dan bertutur kata. Dengan cara ini pula lah yang dapat menghindarkan kita dari perkataan-perkataan yang tercela. Di mana ucapan tercela ini dapat menambah amal buruk kita dan merugikan orang lain di sekitar kita.
Menghindari Ucapan Keji
Berbicara keji juga termasuk hal yang harus dihindari dengan baik guna menjaga keteguhan iman dan akhlak. Sama halnya dengan ucapan yang tercela, perkataan yang keji seringkali membawa pertikaian antar sesama. Ini karena seseorang yang mendengarkan ucapan tersebut salah paham, sehingga memunculkan masalah baru.
Ada baiknya ucapan-ucapan keji seperti kata-kata kotor, terlebih lagi jika itu dilontarkan kepada orang lain tidak perlu dilakukan. Tujuannya adalah untuk menghindari pertikaian dan menjaga perdamaian antar umat beragama dan sesama.
Pikirkan Dampak yang Apa Kita Bicarakan
Adab terakhir dalam menjaga akhlak dan lisan yang baik adalah dengan cara memikirkan kembali apa yang telah kita bicarkan. Apakah perkataan tersebut menyinggung, menyakiti, bahkan mencela orang lain atau siapa saja yang mendengarnya. Sebab, apabila yang kita bicarakan tidak sesuai dengan kenyataan hal itu sama saja dengan memfitnah.
Dengan begitu, pada prinsipnya saat berbicara hendaknya kita tidak boleh untuk terburu-buru atau dalam bahasa Jawa grusa-grusu ketika mengatakan sesuatu. Pertimbangkan terlebih dahulu baik dan buruknya. Apakah yang kita bicarakan membawa manfaat atau justru membawa mudharat.
Selain menjaga adab berbicara, salah satu cara membersihkan jiwa adalah dengan bersedekah. Masjid Nusantara mengajakmu menyalurkan hartamu lewat program “Sembako Masjid untuk Dhuafa Terdampak Corona”, karena berapapun sedekahmu, sangat membantu mereka di masa-masa sulit ini.