Sobat, tahukah? Nabi Muhammad ﷺ pernah di-bully. Bahkan disiksa fisik. Dikuntit pembunuh bayaran. Hidup di Mekah kala itu ibarat berjalan di atas duri.
Abu Thalib, paman sekaligus pelindung Nabi, meninggal. Disusul sang istri tercinta, Sayyidah Khadijah, beberapa hari kemudian. Dua pukulan berat untuk Rasulullah. Kaum kafir Quraisy bersorak-sorai, “Dua pelindung Muhammad sudah tiada!”
Membawa kesedihan dan luka hati, Nabi menuju Kota Thaif, 80 KM di selatan Mekah. Nabi berharap, di kota itu masih ada harapan, senyuman, dan tangan terbuka untuk dakwah Islam.
Namun harapan itu hancur. Penduduk Thaif menolak Nabi. Bahkan seseorang dari mereka menghina, “Apakah Tuhan tidak menemukan orang selain dirimu untuk menjadi utusan-Nya?” Hinaan yang membuat Zaid bin Haritsah yang mendampingi Nabi ke Thaif, merasa marah sekaligus sedih.
Dan rupanya, penduduk Thaif yang tersesat tak hendak membiarkan Nabi pulang ke Mekah dengan selamat. Bukan hanya perlakuan kasar dan kata-kata kotor, sekelompok orang bahkan melempari Nabi dengan batu dan tanah keras.
Rasulullah terluka. Langkahnya tertatih-tatih kembali ke Mekah dengan sisa kekuatan yang ada. Zaid menangis menyaksikan Sang utusan Allah diperlakukan sedemikian hina.
Pemandangan memilukan ini pun disaksikan para malaikat, mereka bersiap-siap menghancur-leburkan Kota Thaif. Nabi cukup memintanya saja.
Akan tetapi, bukan teriakan marah yang keluar dari bibir Nabi. Sebait do’a terlantun, Rasulullah mengadukan kelemahannya kepada Sang Maha Kuat.
“Wahai Allah, kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kurangnya kemampuanku, hinanya aku di hadapan manusia. Wahai dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Engkaulah Yang Maha Melindungi orang-orang yang lemah. Engkaulah pelindungku, kepada siapakah Engkau akan menyerahkan diri hamba-Mu ini? Kepada yang jauh yang melihatku dengan muka masamkah? Atau kepada mereka yang membenciku? Jika saja Engkau tiada memurkaiku, aku tak peduli. Tetapi maaf-Mu yang Maha Luas yang sangat aku dambakan. Kami berlindung di bawah cahaya kasih-Mu yang menerangi kegelapan, dan atasnyalah semua urusan kehidupan di dunia dan akhirat akan menjadi baik. Jangan Engkau turunkan murka-Mu kepadaku atau Engkau timpakan kepadaku. Engkaulah yang berhak menegurku. Tiada daya, tiada upaya, selain karena Engkau jua.”
Bahkan do’anya berlanjut untuk kaum yang menzalimi beliau.
“Semoga Allah melahirkan dari anak keturunan mereka, orang-orang yang beribadah kepada Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun jua.”
Sobat, bahkan Rasulullah ﷺ pun pernah merasa tidak berdaya, tapi beliau mengadukan kelemahannya kepada Allah, karena ia meminta kekuatan pada Yang Maha Kuat. Mintalah kepada Allah, dekati dengan amal sholeh, insya Allah urusan kita akan dilancarkan dan dikuatkan kembali. Aamiin…