Wujudkan Harapan Abah Hanan Umroh ke Baitullah
Wujudkan Harapan Abah Hanan Umroh ke Baitullah

Rp1.690.000 donasi terkumpul dari 19donatur

Terkumpul

Rp1.690.000

Target

Rp50.000.000
Rp

Minimal donasi


Empat puluh tahun itu bukan sebentar. Seorang bayi yang lahir 40 tahun lalu, kini sudah menjadi Ayah. Bibit jati yang ditanam 40 tahun lalu, kini sudah tumbuh setinggi 40 meter.

Begitu pula bagi Abah Hanan. Rentang 40 tahun mengabdi sebagai marbot bukanlah waktu yang singkat. Oleh karena itu, ada kesedihan mendalam saat dirinya rampung dari tugas mulia itu.

Abah Hanan terpaksa berhenti menjadi marbot, karena usianya sudah sangat sepuh. Pria berusia 88 tahun ini mengabdi sebagai marbot sejak kedatangannya ke Kampung Cikareo, Ciamis, 40 tahun silam.

Kedatangan Abah ke Cikareo pun dilatari peristiwa kelam, yaitu bencana meletusnya Gunung Galunggung di Tasikmalaya, pada 1982. Bagi yang belum lahir, mungkin hanya bisa membaca kedahsyatan bencana tersebut dari Google.

Akan tetapi, hanya membaca pun sudah cukup menimbulkan kengerian luar biasa. Saat itu, Galunggung memuntahkan lahar dan abu vulkanik yang merusak perkampungan, serta mematikan tanaman dan hewan ternak. Letusan ini berlangsung sembilan bulan lamanya.

Oleh karena itu, bisa dibilang, hidup Abah Hanan sudah penuh perjuangan sedari dulu. Meski demikian, tak ada rasa marah kepada Sang Penulis Takdir. Justru, Abah malah makin dekat dan tawakal kepada Allah.

Inilah yang membuat Abah memutuskan mengabdi sebagai guru ngaji dan marbot di Masjid Al Amanah. Di kampung terpencil ini, Abah berandil besar dalam mencerahkan pengetahuan agama warga.

Kecintaannya kepada masjid menjadi api penyemangat, menghidupkan masjid dengan shalat berjamaah, adzan, pengajian, dan menjaga kebersihan rumah Allah ini. Baginya, menjadi marbot adalah panggilan jiwa.

Sejak dulu hingga kini, untuk menghidupi keluarganya, ayah tiga anak ini mengurus kebun milik orang lain. Dari bagi hasil, ada selembar-dua lembar rupiah yang bisa dibawa pulang. Alhamdulillah, Abah tetap bersyukur berapapun pendapatannya.

Kini, Abah beserta sang istri tinggal di rumah sederhananya yang terpencil dari desa induk. Jaraknya empat kilometer dari desa. Jalannya bebatuan terjal, dan jurang menganga di salah satu sisinya.

Abah mungkin sangat jarang keluar dari kampungnya. Namun, jika Allah mengizinkan, Abah ingin keluar dari sana untuk satu kesempatan. "Abah ingin umroh," ucap Abah Hanan dengan lirih.

Masya Allah, Abah, di tengah kesulitan hidup yang Abah alami sejak dulu, ternyata yang Abah inginkan hanyalah umroh. Mengunjungi Baitullah, Ka'bah, menyempatkan shalat dan bermunajat di sana sebelum tutup usia.

Sobat Masjid, gabungkan kekuatan, yuk! Berapapun kemampuanmu, yuk, kumpulkan untuk memberangkatkan Abah Hanan umroh. Insya Allah, membahagiakan orang baik seperti Abah begitu besar pahalanya.

"Barang siapa yang membahagiakan orang mukmin lain, Allah Ta'ala menciptakan 70.000 malaikat yang ditugaskan memintakan ampunan baginya sampai hari kiamat sebab ia telah membahagiakan orang lain."

Donatur