Jelang satu tahun serangan 7 Oktober Israel ke Palestina, semakin benderang terlihat tujuan negara penjajah ini. Niat Israel hanya satu: mencuri setiap jengkal tanah Palestina yang tersisa, dari Jalur Gaza hingga Tepi Barat.
Israel berdiri tanpa etika pada 1948, menerobos semua hukum dan hak asasi manusia. Saat itu, pasukan Zionis mengusir paksa 75% penduduk Palestina dari rumah-rumah mereka.
Peristiwa ini dikenal dengan nama ‘Nakba’, yang berarti ‘bencana atau malapetaka’ dalam bahasa Arab.
Sejak saat itu, Israel terus melanjutkan pengusiran paksa penduduk Palestina dan pencaplokan tanah mereka, menggunakan aksi kekerasan yang tak terbayangkan kejinya.
“Saat ini kita sedang me-Nakba-kan Gaza,” kata Menteri Pertanian Israel, Avi Dichter, pada November tahun lalu.
Ucapan itu seolah melegitimasi serangan brutal militer Israel kepada warga sipil Palestina. Sejak 7 Oktober 2023, agresi Israel telah menghilangkan nyawa puluhan ribu penduduk Palestina, dan kini, serangan Israel meluas hingga ke Tepi Barat.
Genosida Palestina, Sudah Berapa Lama?
Harap diingat, tindakan represif Israel di Palestina bukan dimulai pada 7 Oktober 2023. Peristiwa 7 Oktober adalah hasil dari 76 tahun pendudukan Israel atas Palestina. Beberapa sumber bahkan menyebut ini adalah penjajahan terlama di era modern.
Jika melihat peta dunia pada sebelum 1948, kita bisa saksikan bahwa tidak ada negara bernama Israel. Lokasi di mana Israel kini berdiri adalah Palestina, dengan berbagai kota besarnya, di antaranya Gaza, Haifa, Hebron, Jaffa (kini Tel Aviv), Yerusalem, Jenin, Nablus, Nazareth, Ramallah.
Namun seiring penjajahan Israel, peta Palestina kian menyusut. Hari ini, tersisa dua wilayah besar saja atau hanya 22% dari wilayah semula. Dua wilayah itu adalah Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Hampir satu tahun terakhir ini Israel melakukan aksi militer di Jalur Gaza. Belum juga usai penderitaan rakyat Palestina, kini Israel mulai memperluas serangan ke Tepi Barat. Akhir September lalu, tentara Israel menyerang sebuah sekolah di sana. Puluhan siswa dan guru ditahan tanpa alasan.
Beberapa hari sebelumnya, Israel juga menyerang Qabatiya, wilayah Tepi Barat. Sedikitnya empat warga Palestina tewas dalam serangan ini.
Perjuangan untuk Merdeka
Jelang setahun agresi Israel 7 Oktober dan 76 tahun peristiwa Nakba, Palestina masih berada dalam bara. Meski demikian, penduduk Palestina telah menunjukkan keteguhan heroik yang tak tertandingi dalam sejarah manusia modern.
Melalui perlawanan mereka yang gagah berani, penduduk Palestina berhasil menggagalkan tujuan utama dari agresi Israel, yaitu untuk mengusir mereka dari tanah air mereka dan melakukan pembersihan etnis.
Palestina juga telah menjadi isu keadilan global, dan menggerakkan kekuatan serta upaya warga di seluruh dunia bersuara untuk Palestina.
Aksi ini bukan hanya menentang pendudukan Israel dan kejahatan genosida yang mereka lakukan, tetapi juga dukungan untuk perjuangan keadilan dan seruan kemerdekaan Palestina.
Ada Di Mana Kita?
Sebagaimana kata Nelson Mandela, “To be free is not merely to cast off one’s chains, but to live in a way that respects and enhances the freedom of others.”
Kebebasan sejati bukanlah hanya milik mereka yang telah meraihnya, melainkan tanggung jawab kita semua untuk memastikan setiap bangsa di muka bumi ini dapat hidup merdeka dan bermartabat.
Maka, di tengah kenyamanan kita yang jauh dari perang dan penindasan, sudahkah kita bertanya pada diri sendiri: Apakah kita masih bersama mereka dalam perjuangan ini? Meskipun bukan di negara kita sendiri, apakah kita peduli pada kemerdekaan yang mereka dambakan?
Referensi: Middle East Monitor; Anadolu Ajansi; Trinidad Tobago News; Aljazeera: Kompas