3 JURUS ISTIQAMAH
Muhammad Sobirin @kangsobdotcom
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (istiqomah), maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan bergembiralah dengan jannah (surga) yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS Fushilat 41: 30)
Seorang sahabat, Abu amr, (ada yang menyebutnya Abu Amrah) Sufyan bin Abdillah ra. Berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, katakan kepadaku perkataan tentang Islam yang tidak akan aku tanyakan kepada selain engkau!” Beliau bersabda, ‘Katakanlah, ‘Amantu Billah (Aku beriman kepada Allah), kemudian istiqamalah’.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim)
Istiqamah atau konsisten adalah kata yang mudah untuk diucapkan oleh siapapun. Namun untuk membuktikannya bukan perkara mudah, karena di sana ada satuan nilai dan satuan waktu. Orang bisa saja melakukan sesuatu yang bernilai positif namun tidak bisa bertahan lama. Atau melakukan sesuatu dengan kurun waktu yang lama tetapi tidak memiliki nilai positif bahkan nilainya negatif.
Contoh sederhananya adalah melakukan amalan shalat berjama’ah. Seseorang bisa menunaikan shalat berjama’ah di masjid dan tepat waktu. Bisakah ia melakukannya secara kontinyu selama satu tahun penuh? Sungguh menantang… Namun kebanyakan orang dengan mudah melakukan shalat sendirian (tidak berjama’ah) bahkan meninggalkan shalatnya selama setahun, mungkin dia shalat saat Idul Fitri atau Idul Adha saja, ah begitu mudahnya. Jadi istiqamah itu selalu perpaduan antara nilai positif dan satuan waktu.
Hadits di atas menunjukkan bahwa seseorang yang sudah beriman, akan sempurna imannya yang akan membawa kepada Islam-nya yang sempurna dengan istiqamah. Lantas dampak apakah yang akan didapatkan kalau seseorang itu istiqamah dengan satu sifat utama seorang mukmin, yakni JUJUR.