Korupsi adalah menyalahgunakan kekuasaan secara ilegal dengan tujuan memperkaya atau menguntungkan diri sehingga merugikan orang lain. Namun secara sederhana, korupsi adalah menyelewengkan amanah yang dipercayakan orang lain kepada kita. Sadar atau tidak, 3 hal dalam keseharian ini bisa menjerumuskan kita dalam perbuatan korupsi.
Gabut is (not) my way
Procrastination kata orang Inggris, atau gabut kata orang sini. “Nanti ajalah” alias menunda-nunda pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan saat itu. Saat kamu tidak amanah atas waktu yang dipercayakan orang lain padamu, kamu sudah melakukan korupsi waktu.
Kalau kamu bekerja, kerjakan job desc-mu sesuai jam kerja. Kamu yang masih menuntut ilmu, gunakan waktu belajarmu seoptimal mungkin. Usia produktif adalah aset, berbuat baiklah sebanyak-banyaknya.
Hasan Al Basri menasihati kita, “Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka hilanglah sebagian dirimu.”
“Amnesia” dengan Utang
Pas mau minjem melas-melas, pas ditagih males-males. Waktu minta pinjaman, semua drama diobral demi mendapat simpati. Giliran ditagih, episodenya panjang banget kayak cerita One Piece. Sepertinya banyak tukang ngutang di negeri ini mendadak kena virus ‘amnesia’.
Utang adalah janji, tapi bayar utang gak bisa cuma pakai janji-janji. Hadits riwayat At Tirmidzi mengatakan, jiwa seorang mukmin masih bergantung dengan hutangnya hingga ia melunasinya. Arti menggantung, jiwanya tidak bisa ditentukan selamat atau binasa, sampai dia melunasi hutangnya.
Bahkan dalam hadits shahih lain disebutkan, “Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak melunasinya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri.” (HR. Ibnu Majah)
Tahu, kan, balasan Allah untuk pencuri?
Curang Urusan Uang
Jajan di kantin sekolah sebelum masuk kelas. Sarapan gorengan sambil nyeruput kopi sachetan, tak terasa 7 bakwan masuk ke perut. Pas bayar, “Bu, mau bayar, kopi 1, bakwan 5 ya…”
Ibu kantin ‘paling’ cuma rugi dua ribu perak. Kelihatannya sepele, ya. Padahal dalam dua bakwan itu ada waktu, tenaga, dan uang orang lain yang kamu korupsi. Ada hak orang lain yang kamu curi.
Dua bakwan yang sengaja tak disebut itu bisa jadi kerikil berapi yang mendidihkan isi perutmu di akhirat kelak. Na’udzubillah min dzalik.
Agama adalah Kompas Moral
Setiap tanggal 9 Desember diperingati sebagai Hari Antikorupsi Sedunia. Meski hanya setahun sekali diperingati, namun jiwa antikorupsi harus sepanjang tahun tertanam dalam diri.
Efek korupsi sangat mengerikan. Saat berbuat korup, seseorang telah berkontribusi dalam memiskinkan sekitarnya. Dia pun bisa dibilang telah merampok masa depan generasi selanjutnya.
Korupsi tak hanya menghancurkan ekonomi, tapi juga merusak keadilan sosial. Korupsi sanggup memporak-porandakan hubungan kenegaraan, pekerjaan, pertemanan, bahkan persaudaraan.
Islam pun mengutuk keras perbuatan ini. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Barangsiapa yang ruhnya terpisah dari jasadnya dan dia terbebas dari tiga hal: sombong, ghulul (korupsi), hutang, maka dia akan masuk surga.” (HR. Ibnu Majah, no. 2412)
Mengambil hak orang lain adalah perbuatan zalim, dan Allah telah melarang umat Islam berbuat demikian. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman, “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan aku menjadikan kezaliman itu haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi…” (HR. Muslim, Arbain An-Nawawi, no. 24)
Agama adalah kompas moral. Al Quran dan sunah Nabi ﷺ telah memberi petunjuk bagaimana setiap muslim harus menjalani aspek hidupnya. Maka dengan mengamalkan ajaran Islam dengan sempurna, kita bisa terhindar dari berbuat zalim, baik terhadap diri, maupun orang lain.
(Referensi: Kumparan, Rumaysho)