Kelahiran Nabi Muhammad Saw
Kala itu bangsa Arab dan pada umumnya manusia seluruh dunia, mengalami kebodohan dan kerusakan ahklaq. Bangsa Arab yang amat sangat dalam kerusakan akhlak atau moral, oleh karena itu Allah telah mengutus seorang rasul dari bangsa mereka sendiri. Saat itu lahirlah seorang anak dari keluarga sederhana, seorang bayi yang akan membawa perubahan dan kemajuan peradaban manusia .
Nabi Muhammad saw, menurut para ahli, bahwa beliau lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun gajah yang bertepatan dengan tanggal 20 April 571 H. Kenapa disebut tahun gajah, karena pada saat itu ada seorang Raja Najasyi yang beragama Nasrani (Kristen) membuat sebuah bangunan untuk menandingi Ka’bah. Raja Najasyi kemudian memerintahkan kepada Abraha dan pasukan yang mengendarai gajah untuk menyerang kota Mekkah dengan tujuan menghancurkan Ka’bah, agar orang tidak lagi mengunjungi Ka’bah melainkan pergi untuk mengunjungi bangunan yang dia buat yang berada dinegeri Shan’a ibukota Yaman.
Nabi Muhammad Saw ketika lahir telah menjadi anak yatim, bapaknya yang bernama Abdullah meninggal dunia ketika perjalanan pulang dari berdagang karena sakit, waktu itu Nabi Muhammad Saw. masih dalam kandungan ibunya. Ketika Nabi Muhammad lahir, ia disambut oleh kakeknya yang bernama Abdul Muthalib dengan penuh rasa kasih sayang, kemudia kakeknya membawa beliau ke Ka’bah. Ditempat yang suci inilah kakeknya memberi nama, yaitu Muhammad, satu nama yang belum pernah ada sebelumnya.
Sudah menjadi adat atau kebiasaan bangsa Arab di Mekkah pada saat itu, bahwa anak yang baru lahir akan disusui oleh wanita lain. Tadinya semua tidak mau menyusuhinya, karena Nabi Muhammad adalah anak orang miskin sehingga mereka, berfikir tidaklah akan mendapatkan upah dari menyusui Nabi Muhammad Saw. Berita ini terdengar oleh seorang wanita dari pegunungan yang berasal dari suku Badwi yang bernama Halimatus Sa’diyah, dia merasa kasihan terhadap Nabi Muhammad Saw. karena tidak ada yang mau menyusuinya. Dengan izin suaminya, kemudian Halimatus Sa’diyah mendatangi dan bersedia untuk menyusui Nabi Muhammad Saw. Atas persetujuan semua keluarga, maka Nabi Muhammad saw. diserahkan kepada Halimatus Sa’diyah selama 4 tahun.
Halimatus Sa’diyah adalah wanita yang sangat miskin, sebenarnya anaknya sendiri sering menangis karena kekurangan ASI, tetapi setelah kehadiran Nabi Muhammad Saw, semua kehidupan rumah tangganya berupa. Atas pertolongan Allah setelah Nabi Muhammad Saw. tinggal bersamanya, binatang ternaknya menjdi gemuk-gemuk, air susunya banyak, sehingga anaknya tidak kelaparan lagi walau ia menyusui Nabi Muhammad Saw. Saat itulah Halimatus Sa’diyah merasakan bahwa telah mendapatkan rahmat dari Allah Swt. ketika menyusui Nabi Muhammad saw. waktu masih kecil.
Setelah habis waktu yang telah ditentukan Nabi Muhammad Saw. dikembalikan kepada ibunya yang bernama Siti Aminah. Setelah Nabi Muhammad Saw. genap berumur enam tahun, beliau diajak ibunya ke Madinah untuk diperkenalkan kepada keluarga neneknya Bani Najjar dan diajak untuk berziarah ke makam ayahnya disana. Didalam perjalanan pulang menuju Mekkah, baru sampai disebuah kampung yang bernama Abwa’, mendadak ibunya jatuh sakit sehingga ibunya meninggal disitu juga. Beliaupun menjadi anak yatim piatu.
Nabi Muhammad Saw. kemudian diasuh oleh kakeknya, namun kakeknya kemudian meninggal dunia pula, ketika itu usia nabi, kurang lebih 8 tahun. Setelah itu beliau diasuh oleh pamannya yang bernama Abu Thalib. Abu Thalib adalah pamannya yang kehidupannya kurang mampu, anaknya banyak. Namun ketika Nabi Muhammad tinggal bersamanya, Abu Thalib dapat merasakan keanehan, jika dia makan bersama Nabi Muhammad, maka makanan yang sedikit itu menjadi berkat, cukup dan merasa kenyang, tetapi jika tidak makan bersama beliau, makanan itu menjadi kurang yang dia rasakan. Rasa sayang pamannya terhadap Nabi Muhammad Saw. melebihi kasih sayangnya kepada anak-anaknya sendiri. Ketika Nabi Muhammad Saw. berusia 12 tahun pamannya Abu Thalib mengajak beliau berdagang kenegeri Syam. Ditengah perjalanan rombongannya bertemu dengan seorang pendeta Nasrani yang bernama Bahira. Pendeta itu melihat Muhammad yang telah memancarkan cahaya kenabian yang ada pada Muhammad, kemudian ia menasehati Abu Thalib supaya keponakannya itu dibawah pulang ke Mekkah, karena pendeta itu khawatir atas keselamatan Nabi Muhammad Saw, jika bertemu dengan orang-orang Yahudi. Kemudian Abu Thalib menuruti nasehat pendeta itu dan mengajak Nabi Muhammad Saw. pulang kembali ke Mekkah. Nabi Muhammad Saw. kemudian bekerja sebagai pengembala kambing dari keluarganya…