Dari luar sekilas tak ada yang istimewa pada bangunan bundar itu. Tak ada ornamen istimewa selain sebuah minaret yang menjulang tinggi. Namun, bila mendekat ke pintu masuk, tampak papan penanda berbahasa Inggris, Arab, dan Belanda yang menyebut bangunan tua itu adalah “Masjid Brussels.” Letaknya sangat strategis, di pojokan Parc du Cinquantenaire – yang merupakan taman paling terkenal di Brussels, ibu kota Belgia yang juga dikenal sebagai “Ibu Kota Uni Eropa.” Lokasi masjid yang juga Pusat Kebudayaan Islam itu juga berada di kawasan elit European Quarter, yang merupakan kawasan markas pusat Uni Eropa. Menurut referensi Internet, bangunan ini dikenal sebagai Masjid Agung Brussels, sekaligus jadi masjid tertua di kota itu.
Di Belgia sendiri saat ini ada sekitar 150 masjid, yang kebanyakan berada di rumah-rumah. Masjid Agung Brussels ini bisa dibilang yang terbesar dan termegah di Belgia, biasanya penuh pada saat Hari Raya seperti Idul Fitri. Selain untuk beribadah, masjid ini jadi tempat untuk belajar mengaji dan pendalaman agama Islam.
Bangunan ini dulunya adalah museum, namun bangunan ini dihibahkan menjadi Masjid oleh mendiang Raja Baudouin pada 1967, yang diserahkan secara simbolis kepada mendiang Raja Arab Saudi, Faisal, saat berkunjung ke Belgia pada 1967. Hal ini dijadikan simbol hubungan yang harmonis dari kedua negara tersebut. Kemudian Pemerintahan dari kedua negara itu ikut serta mendanai pengelolaan masjid tersebut.
Dirangkum dari tulisan Viva.co.id