Artikel Masjidku Makmur

Saat Pertama Ada, Masjid untuk Ibadah atau Dakwah?

 

Masjid sebagai tempat ibadah utama umat Islam memiliki sejarah yang panjang dan kaya akan makna. Masjid kini identik dengan salat, khususnya salat berjamaah. Meskipun begitu, masih banyak masjid yang digunakan untuk aktivitas dakwah. Jadi, pada zaman dahulu saat pertama kali masjid ada, fungsinya untuk apa? Ibadah atau dakwah?

Masjid Pertama di Dunia

Untuk mengetahui fungsi masjid pertama kali, tentu tidak lepas dari berdirinya masjid pertama di dunia. Masjid pertama dalam sejarah Islam adalah Masjid Quba,  Nabi Muhammad SAW membangunnya di kawasan pinggiran Yatsrib (Madinah) pada tahun 622 M. Pembangunan masjid ini bermula ketika Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya melakukan hijrah dari Mekkah menuju Madinah. Dalam perjalanan hijrah, rombongan Nabi singgah di kawasan Quba selama beberapa hari. Di sinilah, atas tawaran wakaf tanah dari seorang sahabat, Nabi memutuskan untuk membangun sebuah masjid. Allah Swt. juga menyebutkan masjid ini dalam Al-Qur’an. 

“…Sungguh, masjid (Quba) yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama lebih berhak engkau melaksanakan salat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang gemar membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang membersihkan diri…” (Q.S. At-Taubah: 108)

Pada mulanya, masjid ini memiliki desain yang sangat sederhana, dengan tiang-tiang dari batang pohon kurma dan atap dari pelepah daunnya. Meskipun sederhana, Masjid Quba memiliki makna mendalam yang bukan saja sekadar tempat ibadah, tetapi juga menjadi simbol persatuan umat Islam yang baru terbentuk dan pusat dakwah Islam di awal perkembangannya.

Dari Masjid Lahir Mujahid

Masjid sebagai pusat dakwah merupakan salah satu strategi dakwah Rasulullah SAW, khususnya ketika di Madinah. Kala itu, Rasulullah SAW giat sekali memberikan pendidikan Islam untuk segala aspek kehidupan pada para sahabat, termasuk berdiskusi terkait keadaan umat. 

Kita mengenal sahabat Rasulullah SAW sekaligus mujahid paling termasyhur namanya seperti Abu Bakar  shiddiq, Umar bin al-Khatab, Usman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Thalib. Mereka adalah sahabat setia Rasulullah SAW yang juga mendapat banyak pendidikan dan pengajaran di masjid. Karena itu, mereka bisa sangat berpengaruh bagi peradaban Islam.

Peran Masjid dalam Masyarakat Modern

Sampai saat ini, masjid tetap menjadi pusat kehidupan umat Islam. Selain sebagai tempat ibadah, masjid juga masih berperan aktif dalam berbagai kegiatan sosial, baik aktivitas dakwah, penanaman akidah, menjalin ukhuwah, dan beragam aktivitas keagamaan lainnya. 

Indonesia sebagai negara dengan mayoritas muslim kedua di dunia memiliki beragam masjid mulai dari masjid negara hingga masjid jami’ atau masjid setempat. Tentu, selain untuk memenuhi hak beribadah, masjid-masjid ini dibangun untuk menjaga Islam tetap hidup.

Sayangnya, masjid di Indonesia khususnya di pelosok masih banyak yang tidak layak. Masjid rapuh, rubuh, bocor, dan beragam kondisi mengenaskan lainnya bisa membahayakan jemaahnya. Banyak diantara jemaah masjid tidak layak tersebut ketakutan dan waswas. Kondisi ini bukan saja berpengaruh pada kekhusukan ibadah, tetapi juga pada keberjalanan dakwah. 

Kesimpulan

Masjid sejak awal berdiri, merupakan tempat ibadah sekaligus dakwah. Bukan saja salat dan dzikir, tapi juga kegiatan pendidikan, sosial, bahkan ekonomi. Masjid yang hidup bukan saja dapat menjaga nyala Islam di tempat masjid itu berada, tetapi juga dapat melahirkan banyak generasi gemilang yang kemudian dapat mengukir peradaban. 

Ruh masjid sebagai pusat ibadah dan dakwah ini harus terus digaungkan sampai kapanpun. Sehingga, Islam akan tetap terang menyala.  Semoga kita menjadi bagian dari nyala tersebut, baik yang menghidupkan masjidnya maupun yang memberi masjid layak bagi saudara-saudari kita yang membutuhkan.