Masjid milik siapa? Mungkin kita bisa menjawab, “Milik umat Islam.” Namun kemudian muncul pertanyaan lagi. Umat Islam yang mana?
Selama satu dekade Masjid Nusantara (MN) berdiri, lembaga ini menemukan ketimpangan kondisi ekonomi di kota dan di pelosok berimbas ke banyak aspek. Salah satunya, kekurangan dan tidak meratanya pembangunan masjid.
Ada dua kondisi utama yang MN temukan, yaitu tidak ada masjid sama sekali. Kemudian, kalaupun ada masjid, kondisinya rusak dan tidak layak.
Oleh karena itu, Masjid Nusantara hadir sebagai jembatan antara masyarakat yang membutuhkan masjid, dengan dermawan yang ingin mendonasikan hartanya menjadi manfaat yang lebih besar.
Dalam perjalanan satu dekade Masjid Nusantara ini, MN bersama para donatur telah membangun 203 masjid, merenovasi 1.500 masjid, dan memenuhi prasarana masjid lainnya.
Oleh karena itu, MN terus berupaya untuk tumbuh dan memberikan yang terbaik untuk menyalurkan donasi para donatur, sehingga bisa menjadi manfaat yang lebih besar dan berkelanjutan.
Perubahan Logo
Salah satu upaya tersebut adalah dengan melakukan rebranding dan perubahan logo. Logo baru MN terdiri dari lingkaran yang di dalamnya ada anak panah.
Lingkaran merepresentasikan sebuah kompas yang memiliki misi dan tujuan terarah. Adapun anak panah menunjukkan arah kiblat (Ka’bah di Mekah), yaitu sekitar 295 derajat dari Indonesia.
Simbol anak panah yang menghadap ke kiblat merepresentasikan masjid sebagai tempat ibadah, mendefinisikan arah spiritual dan memainkan peran penting dalam kegiatan komunitas, pendidikan, dan kesejahteraan umat.
Adapun simbol kompas merepresentasikan panduan moral dan prinsip-prinsip yang membimbing individu dalam menjalani kehidupan.
Paduan kedua simbol ini membawa harapan bahwa kehadiran Masjid Nusantara bisa berkontribusi dalam membimbing dan membantu individu mencapai tujuan mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan logo baru ini, Masjid Nusantara juga berharap bisa menjadi penunjuk arah, pedoman untuk kehidupan, dan pusat persatuan umat Islam.
Akhirnya, Masjid Nusantara bukan hanya hadir dalam pembangunan fisik masjid, tetapi juga berkontribusi dalam pemakmurannya.