BANDUNG, KOMPAS.com — Senyuman menghiasi wajah Mursidah (53). Dia mengaku bahagia karena hari ini mendapatkan tunjangan hari raya (THR) dan paket Lebaran dari Yayasan Masjid Nusantara (YMN).
Mendapatkan tunjangan hari raya (THR) dan paket Lebaran merupakan sesuatu yang luar biasa buatnya. Pasalnya, THR dan paket dinilainya sangat bermanfaat untuk Lebaran nanti.
“Alhamdulillah ini akan sangat membantu,” ujar Mursidah, marbut atau pengurus masjid di Al-Mustaqiem, Turangga, Jalan Gatot Subroto, Bandung, Senin (13/7/2015).
Mursidah menceritakan, dia menjadi marbut sejak 1982 bersama suaminya, Rasono (kini 54 tahun). Awalnya, dia mengontrak di daerah Turangga. Pemilik kontrakan merupakan marbut masjid tersebut.
Setelah pemilik kontrakan meninggal, dia dan suami meneruskan tugas menjadi marbut, yakni membersihkan masjid sejak setelah shalat subuh hingga sebelum dzuhur. Jam kerjanya bisa 24 jam selama 7 hari dalam sepekan.
Uang yang diperoleh untuk pekerjaannya Rp 5.000 per bulan pada tahun 1982. Jumlahnya naik menjadi Rp 50.000 dan beberapa tahun lalu naik menjadi Rp 175.000 per bulan. Meski sedikit, dia mengucap syukur karena, baginya, menjadi marbut bukan pekerjaan, melainkan pengabdian kepada Tuhan.
“Buat saya dan suami, tidak berharap dari uang marbut. Menjadi marbut adalah celengan untuk di akhirat nanti,” tutur Mursidah.
Untuk bisa menjalankan kehidupan keluarganya, sang suami bekerja mengayuh becak. Namun karena usia, kini suaminya bekerja sebagai kuli bangunan.
“Itu pun sesekali, kalau ada yang minta bantuan. Sekali kerja, dapat Rp 50.000,” ucapnya.
Meskipun kecil, sambung Mursidah, hidupnya berkecukupan. Selain karena ketiga anaknya sudah bekerja, hidup menjadi marbut mendapat ketenangan sehingga urusan uang, meskipun penting, tidak terlalu membebani.
Kini, berkat keikhlasan dan kerja kerasnya, perempuan asal Jawa Tengah ini sudah memiliki rumah sendiri. Meski hanya berukuran 4 x 8 meter, rumah tersebut berisi kebahagiaan.
“Saya senang jadi marbut. Suka dukanya saya nikmati saja. Paling yang suka membuat kesal adalah kerap datang sekelompok orang berjenggot yang jorok, tidak memedulikan kebersihan,” tuturnya.
http://regional.kompas.com/read/2015/07/13/17474331/.Saya.Senang.Jadi.Marbot.Suka.Dukanya.Dinikmati.Saja