Dibalik kulit merah dan daging manis semangka, tersembunyi sebuah simbol perlawanan yang menggambarkan kegigihan rakyat Palestina dalam menghadapi tantangan dan penindasan.
Semangka menjadi simbol perlawanan Palestina karena memiliki warna yang sama dengan bendera negara ini: merah, hitam, putih, dan hijau.
Semangka pertama kali digunakan sebagai simbol setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967, ketika Israel menguasai Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur.
Pemerintah Israel melarang penggunaan bendera Palestina di wilayah-wilayah tersebut, sehingga warga Palestina menggunakan semangka untuk menunjukkan identitas dan ketidakpatuhan mereka.
Identitas Budaya
Semangka juga merupakan cara untuk mengekspresikan kebanggaan budaya dan warisan. Ini adalah buah asli Palestina dan telah dibudidayakan di sana selama ribuan tahun. Buah ini ditanam di seluruh Palestina, mulai Jenin hingga Gaza.
Semangka juga dikaitkan dengan keramahan dan kemurahan hati, karena sering kali ditawarkan kepada tamu dan tetangga.
Perlawanan dalam Seni
Ada banyak seniman Palestina yang menerjemahkan simbol perlawanan ini ke dalam karya mereka. Salah satu yang paling berpengaruh adalah Khaled Hourani, yang pada 2007 lalu menampilkan gambar berjudul “Watermelon” dalam bukunya yang berjudul “The Subjective Atlas of Palestine”.
Karya Hourani menginspirasi seniman lainnya membuat karya bertema sama: irisan semangka sebagai simbol perlawanan. Di antara mereka ada Sami Boukhari, yang membuat gambar minimalis berupa irisan semangka berbentuk peta Palestina.
Gerakan Masif di Medsos
Seiring dengan perkembangan teknologi, hal ini menjadi gerakan masif di media sosial. Tak hanya warga Palestina, orang-orang di berbagai penjuru dunia memposting gambar semangka untuk menunjukkan solidaritas dan dukungan mereka terhadap perjuangan Palestina.
Beberapa juga menggunakan semangka sebagai tanda protes terhadap pembatasan dalam menampilkan bendera Palestina di Yerusalem dan tempat lain.
Semangka adalah cara sederhana namun kuat untuk mengatakan: “Kami ada, kami di sini, kami melawan.”
Sumber: Hyperallergic.com