Mamuju, masjidnusantara.org—Demi bersekolah, siswa SD di Salulebo, Kec. Topoyo, Kab. Mamuju, Sulawesi Barat, harus berjalan kaki belasan kilometer pulang-pergi. Mereka juga harus melewati hutan rimba, pegunungan, hingga menyeberangi sungai selebar 20 meter lebih.
Selain cuaca buruk, seringkali anak-anak usia belasan tahun ini berhadapan dengan hewan buas dalam perjalanan mereka. Bertemu ular berbisa, kawanan monyet liar, atau babi hutan, adalah hal lazim bagi mereka.
“Biasanya ada monyet, ular. Pertama kali ke sini, saya ragu-ragu lewatnya, tapi setelah terbiasa, saya tidak takut lagi,” tutur Valen (11), salah seorang siswa yang duduk di kelas 5.
Bersama 43 siswa SD lainnya, Valen belajar di ruang kelas berukuran 3×5 meter. Agar muat, pihak sekolah harus menyekat lagi ruangan ini, agar semua siswa tertampung meski beda kelas. Bahkan, sekolah ini pun berdiri sejak 2014 atas swadaya masyarakat setempat.
Hanya ada dua guru di sini: seorang ASN dan guru honorer bernama Sukarnil. Sebagai salah satu alumni, Sukarnil terpanggil untuk mengabdi.
“Karena kekurangan guru, rasanya terpanggil untuk tetap di sini, demi mereka (para murid),” tutur Bu Anning—panggilan akrab Sukarnil.
Meski penuh keterbatasan, Bu Anning dan koleganya selalu memotivasi para siswa lebih semangat belajar. Mereka juga berharap, pemerintah lebih memerhatikan pelajar di pelosok, yang harus berjuang mati-matian untuk menggapai cita-cita.
Sumber: Liputan6