Naluri manusia itu cari kenyamanan dan keselamatan. Jadi, agak aneh, kan, kalau ada orang yang rela meninggalkan kenyamanan kampung halaman, dan malah pindah ke kampung baru yang berisi preman?
Namun bagi Ustadz Saleh, yang bagi kita ‘aneh’ itu ternyata malah jadi tujuan hidup. Beliau meninggalkan kenyamanan hidup di Magelang, dan pindah ke Dusun Kowang di Sragen, Jawa Tengah.
Saat itu, beliau mendengar ada kampung yang membutuhkan imam masjid. Namun, sejak awal pun Ustadz sudah tahu, bahwa Kowang bukan kampung biasa. Orang-orang menyebutnya kampung preman, karena banyaknya kemaksiatan di sana.
Berbekal niat lillahi ta’ala, beliau hijrah ke Kowang, tanpa jaminan rumah, pekerjaan, atau materi apapun.
“Kalau sudah niat karena Allah, di manapun berada meski gak enak, insya Allah jadi nikmat,” katanya.
Rumah Dirobohkan
Kini, tujuh tahun sudah Ustadz Saleh tinggal di Kowang. Hari ini, dusun yang pernah disebut sarang preman itu, berubah drastis. Kemaksiatan menurun tajam.
Satu hal yang membanggakan, sebuah masjid megah sedang proses berdiri di sana.
Masjid Al Fattah inilah tempat Ustadz mengabdi. Awalnya hanya sebagai imam masjid, lama-lama beliau mulai mengisi pengajian.
Saat ini, jamaah Ustadz mencapai 2 RT atau sekitar 78 KK untuk sholat harian, dan bisa mencapai 5 RT saat Jumatan tiba. Masya Allah.
Kini, warga sudah menganggap Ustadz Saleh pemuka agama di sana, hingga mereka pun tidak rela saat ada pihak lain yang mengajak Ustadz Saleh pindah ke tempat baru.
“Sudah cocok. Alhamdulillah sejak ada Pak Imam (panggilan warga kepada Ustadz Saleh—red), kemaksiatan di sini semakin berkurang,” ungkap Pak Agus, salah satu warga yang pertama kali mengundang Ustadz ke Kowang.
Sebagai bentuk penghormatan, warga mendirikan rumah sederhana dilingkungan Masjid Al Fattah.
Namun seperti yang sudah kita ketahui dari berita viral, Masjid Al Fattah sempat dirobohkan warga yang termakan janji dermawan. Dana tak kunjung datang, tapi masjid telanjur dirobohkan, termasuk rumah Ustadz.
Bangun Rumah Baru untuk Ustadz Saleh
Kejadian yang menimpa Masjid Al Fattah mengundang banyak simpati, sehingga kini banyak pihak yang membantu pembangunannya, termasuk Masjid Nusantara.
Sayangnya, belum ada berita baik untuk rumah Ustadz Saleh yang sudah kadung hancur.
Saat ini, Ustadz beserta istri dan anak-anaknya tinggal di rumah sementara, yang warga bangun dari triplek dan bahan seadanya.
Rumah ini menjadi tempat istirahat, sekaligus tempat beliau mengajarkan Al Quran kepada anak-anak dan orang dewasa di Kowang.
Semua yang Ustadz lakukan itu tak mengharap upah. Untuk pendapatan sehari-hari, beliau menggarap lahan seorang warga. Hasilnya, beberapa rupiah yang hanya cukup untuk mengepulkan asap dapur.
Oleh karena itu, warga Kowang berikhtiar mencarikan donatur yang berkenan membantu pembangunan rumah Ustadz yang mereka cintai itu. Untuk lahannya sudah ada, berjarak sekitar 10 meter dari Masjid Al Fattah.
Ustadz Kecintaan Warga
Jika melihat sosok Ustadz Saleh, rasanya tidak akan heran kenapa warga begitu mencintainya. Wajahnya bersih, selalu tersenyum, tutur katanya halus, menyejukkan orang yang mendengarnya.
Satu hal lagi, di tengah keterbatasan ekonomi yang beliau alami, tak pernah sedikit pun ada rasa sesal karena memilih pindah dari kampung halaman, meninggalkan kemapanan hidup di sana.
Bahkan, Ustadz dan sang istri kini merawat seorang bayi yatim, anak seorang warga yang meninggal baru-baru ini.
“Apa yang kamu punya, itulah nikmat dari Allah,” ucap Ustadz Saleh. Sebuah pesan bahwa dalam kondisi apapun, syukur kepada Allah akan membuat segalanya lebih ringan. (*)