Kalau kita pikir-pikir, tak ada yang abadi di dunia ini. Semuanya fana, akan menemui akhir atau kehancuran. Namun ternyata, ada satu pengecualian. Ia tidak akan hancur oleh kefanaan dunia.
Hal itu adalah amal jariyah. Gambaran sederhananya, bayangkanlah sungai yang bersih. Debit airnya tak terpengaruh musim, selalu deras, dan mengalir selamanya.
Memiliki bekal amal jariyah adalah cita-cita tiap manusia. Melakukan amalnya di dunia, tapi pahalanya menjadi kebaikan tak hanya di dunia, namun juga setelah kematiannya.
”Sesungguhnya di antara amalan dan kebaikan seorang mukmin yang akan menemuinya setelah kematiannya adalah: ilmu yang diajarkan dan disebarkannya, anak shalih yang ditinggalkannya, mushaf Alquran yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah untuk ibnu sabil yang dibangunnya, sungai (air) yang dialirkannya untuk umum, atau shadaqah yang dikeluarkannya dari hartanya diwaktu sehat dan semasa hidupnya, semua ini akan menemuinya setelah dia meninggal dunia.” (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi)
Saat di dunia, pahala amal jariyah itu akan menjadi berbagai kebaikan yang memudahkan hidupnya. Tak berhenti di situ, pahala ini tetap akan mengalir meski kita telah meninggalkan dunia. Amal jariyah akan menerangi alam kubur dan menenangkan tidur panjang kita.
Pahala Bangun Masjid
Amal jariyah ini adalah buah dari memberi manfaat yang luas. Kebaikan ini membuat banyak orang terbantu. Bahkan, bisa jadi manfaatnya bertahan lama melebihi umur kita.
Salah satu cara memeroleh amal jariyah adalah membangun masjid. Tapi, bukankah membangun masjid perlu biaya tinggi? Ternyata, tidak demikian.
“Siapa yang membangun masjid karena Allah walaupun hanya selubang tempat burung bertelur atau lebih kecil, maka Allah bangunkan baginya (rumah) seperti itu pula di surga.” (HR. Ibnu Majah no. 738)
Para ulama menjelaskan, maksud hadits itu adalah siapa yang membangun masjid meski dengan menambah sebagian kecil saja (ibarat sebesar sarang burung), bisa disebut membangun masjid.
Dengan kata lain, membangun masjid bisa kita lakukan dengan gotong-royong atau patungan. Berapa pun kemampuan setiap orangnya dalam membantu, maka sudah bisa disebut membangun masjid.
Bantuan ini bisa berupa materi, tenaga, pikiran, dan semua hal yang menyokong keberhasilan pembangunannya.
Oleh karena itu, tidak ada yang bernilai kecil jika untuk membangun masjid. Menyumbang satu sak semen atau bahkan satu batu bata saja, insya Allah akan mendapatkan pahala membangun masjid.
Sumber: Muslim.or.id, Rumaysho | Foto: Unsplash